Saat itu pada dini hari senin tanggal 15 Juni 2009, seluruh anggota tim telah berkumpul di Pondok Rio Kuktek (kosan Ipin, Imam, Hastomi, Aji dan Randi) Kuktek. Situasi sedikit carut marut, matras, plastik trash bag, logistik (makanan dan minuman), tergeletak berserakan di ruangan besar di depan kamar kos2an lantai 2. Anggota tim pendakian kembali me-review peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan sambil packing ulang. Setelah selesai packing kemudian seluruh anggota tim beristirahat sembari mengumuplkan tenaga untuk perjalanan besok paginya. Pendakian kali ini di-atasnama-kan pendakian sipil ui 2005. Tim terdiri atas Hastomi, Eka, Aji, Tyo, Alvis, Ipin, Gusto.

Pengajian menjelang Subuh terdengar begitu syahdu-nya dari Pondok Rio Kuktek, menandakan bahwa sesaat lagi adzan Subuh akan berkumandang. Beberapa anggota tim telah terbangun, dan bersiap-siap melaksanakan Sholat Subuh. Sekitar jam 5 lewat beberapa menit, seluruh anggota tim telah siap berangkat menuju Stasiun UI. Untuk memenuhi perbekalan terutama makan siang, maka diputuskan bahwa tim memesan nasi warteg. Setibanya di Stasiun UI, tak lama kereta menuju Bogor tiba. Kemudian sesampaianya di Bogor, tim menyempatkan untuk sarapan pagi di gang di samping Polres Bogor. Menu Bubur Ayam Khas Bogor dan Nasi Uduk menjadi pilihan anggota tim. Perjalanan dilanjutkan dengan  angkutan umum menuju Ciheuleut dan kemudian di sambung dengan menumpang angkutan Mitsubishi L300 atau biasa disebut disebut dengan Colt Putih atau Colt “Maut” dan selanjutnya di sambung lagi dengan angkutan menuju Cibodas. Setibanya di Cibodas, beberapa anggota tim sempat membeli perlengkapan berupa sarung tangan. Berikutnya adalah pos pertama yang  menjadi tujuan tim, melapor pada petugas sekaligus menyempatkan diri untuk ke kamar kecil. Dengan segala kerendahan hati, tim berdoa pada Allah Swt untuk keselamatan dalam perjalanan, karena sesungguhnya pendakian ini hanya bagian dari rasa cinta tim kepada alam, dan perjalanan ini pula sesungguhnya akan membuktikan kecilnya anggota tim di hadapan semesta ini, terlebih di hadapan pencipta alam semesta. Pendakian pun dimulai. Bagi beberapa anggota tim, pendakian ini bukanlah pendakian pertama kalinya, namun bagi anggota tim lainnya ini adalah pendakian pertama.

Sekitar pukul 5 sore, akhirnya tim sampai di air panas. Di kali kecil di dekat air panas, tim melakukan sholat Jama’ Qashar Dzuhur dan Ashar. Beberapa anggota tim lainnya menyempatkan diri untuk mandi dan membasahkan badan.  Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pos Kandang Badak, dan akhirnya pada sekitar pukul 06.00 tim tiba di pos tsb. Di kandang badak, tim beristirahat sembari mengisi persediaan air untuk di Puncak Gede, karena di Puncak Gede tidak ada sumber air. Di pos ini, tim sempat bertegur-sapa dengan pendaki lain dari Cilandak. Mereka malam ini akan nge-camp di pos kandang badak, sementara tim tetap bertekad melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gede meskipun langit telah gelap. Pendakian pun kembali dimulai dengan memanjatkan doa kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Senter pun dikeluarkan, dan perjalanan dimulai. Pada sisa perjalanan ini daya tahan tim mulai diuji. Stamina mulai terkuras habis, rasa kantuk mulai hinggap, nafas pun mulai tak teratur kembali, dan hawa dingin mulai terasa saat tim beristirahat, ingin rasanya cepat sampat di puncak sana. Tak lama berjalan, tim kemudian harus melewati tanjakan setan. Tanjakan ini menjadi ujian tersendiri bagi tim. Di tengah malam yang gelap, tim dipaksa untuk melewati tanjakan dengan kemiringan yang nyaris vertikal 90 derajat. Akhirnya tim tiba di tepi Puncak Gede pukul 22.10. Dengan bergegas tim mendirikan 2 tenda dome. Beberapa di antara anggota tim memilih tidur sementara yang lainnya memilih untuk mengisi perut terlebih dahulu. Menu malam itu adalah Nasi + Sarden + Mie Instan. Selesai makan anggota tim masuk ke tenda untuk kemudian beristirahat. Pagi saat fajar mulai menyingsing, tim melaksanakan Sholat Subuh, dan Kemudian anggota tim lainnya (Aji) menuju Puncak Gede untuk menyaksikan Sun Rise. Subhanallah, pagi itu benar2 luar biasa, tim dihadapkan pada Keagungan Ilahi yang luar biasa hebatnya. Jingga warna fajar perlahan mulai bercampur dengan birunya langit, subhnallah…. Kekerdilan tim sebagai manusia saat itu begitu terasa. Pagi itu tim menyempatkan berfoto-foto mengabadikan momen yang luar biasa tsb. sembari sarapan pagi roti dengan minuman hangat energen.

Sekitar pukul 08.00 tim bergegas melanjutkan perjalanan, setelah sebelumnya merapikan tenda dan packing ulang serta melakukan aktivitas “panggilan alam”. Di 20 menit perjalanan ini, tim dapat melihat Gunung Pangrango dengan jelas (karena saat itu masih pagi dan belum ada kabut). Di Puncak Gede, tim bertemu dengan pendaki lain yang berasal dari Bandung (Mahasiswa UPI).  Setelah berfoto-foto kemudian tim melanjutkan perjalanan menuju Padang Suryakencana. Tak butuh waktu lama bagi tim untuk menuruni puncak gede menuju Suryakencana. Di Padang Suryakencana, tim membersihkan alat makan dan kemudian memasak makanan untuk makan siang serta melakukan Sholat. Menu makanan kali ini luar biasa mantab, nasih putih, tempe orek manis, tempe orek pedas, rendang, abon, mie instan, sarden, subhanallah luar biasa nikmatnya… Karena Menu makanan kali ini terlalu banyak, maka tim berbagi makanan dengan tenda sebelah yang merupakan para pendaki dari Tanjung Barat. Kemudian sekitar pukul 13.00 tim bergegas menuruni padang Suryakencana melalui jalur Gunung Putri, dan akhirnya tiba di pos gunung putri saat adzan maghrib mulai terdengar.

Belum lama ini di kuliah Metode Numerik Geoteknik yang diajar oleh Pak Widjojo A. Prakoso dijelaskan mengenai Grafik Elastis-Plastis secara general dari suatu material. Parameter dari sifat plastis adalah kuat batas (atau biasa disebut dengan ultimate strength dari suatu material), dan parameter dari sifat elastis adalah deformasi (perubahan bentuk dari material tersebut). Karena setiap material memiliki perbedaan (dalam kekuatannya) maka setiap material memiliki grafik elastis-plastis yang berbeda. Contoh sederhananya saja adalah baja dengan beton.

Manusia pun memiliki kemampuan menahan beban yang berbeda-beda dan berdeformasi yang berbeda pula. Dalam setiap ujian yang diberikan Allah Swt, maka respon antara satu manusia dengan manusia lainnya akan berbeda dan kemampuan berdeformasi secara elastis-nya pun berbeda. Misalkan jika Allah berkehendak memberikan peringatan melalui bencana alam, maka beberapa respon yang mungkin diberikan oleh manusia adalah trauma sejadi-jadinya dan sulit menerima kenyataan bahwa dia mengalami bencana alam dan harus kehilanangan harta bendanya yang selama ini dikumpulkan, namun ada juga yang meresponnya dengan menerima ujian yang diberikan oleh Allah dan menganggapnya sebagai bagian dari ”ujian kenaikan keimanan”. Berdeformasi adalah suatu hal yang diperkenankan selama berada dalam batas toleransi deformasi, dan hal tersebut adalah sesuatu yang wajar mengingat bahwa sesungguhnya tidak ada material yang berdeformasi elastis secara utuh di muka bumi ini. Maka menurut hemat saya ”mengalami perubahan” setelah menghadapi ujian dari Allah adalah sesuatu yang wajar, asalkan perubahan itu menuju ke arah kebaikan. Maka yang menjadi tugas kita adalah bagaimana diri kita dalam menghadapi ujian kehidupan, masih berada dalam deformasi elastis, bukan berada dalam grafik plastis-nya atau bahkan mencapai batas kekuatannya (ultimate strength).

Dalam terminologi psikologi ada yang dinamakan dengan adversity quotient (AQ), yaitu suatu penilaian yang mengukur bagaimana respon seseorang dalam menghadapai masalah untuk dapat diberdayakan menjadi peluang.Adversity Quotient dapat menjadi indikator seberapa kuatkah seseorang dapat terus bertahan dalam suatu pergumulan, sampai pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai pemenang, mundur di tengah jalan atau bahkan tidak mau menerima tantangan sedikit pun.

Maka menjadi lebih kuat adalah pilihan yang bijak karena dengan menjadi kuat beban yang ditahan menjadi bertambah.

“ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yanglemah dalam setiap amal kebaikan “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab al-Qadar, bab. Iman lil-Qadari wal-Idz’aan lahu).

Wallahu alam bishowab….

Referensi

http://www.fisikaholic.com/modulus.php

http://id.shvoong.com/books/1855052-adversity-quotient-mengubah-hambatan-menjadi/